Faridal-Din Attar dalam bukunya berjudul Tadhkirat al-Auliya' dan diterjemahkan ke bahasa Inggris olehA.J. Arberry menjadi Muslim Saints and Mystics menceritakan bahwa suatu hari Rabiah Al-Adawiyah jatuh sakit. Dia ditanya apa penyebabnya. "Aku memandang Firdaus," jawabnya, "Dan Tuhanku mendisiplinkanku." Baca juga: Begini Jawaban Rabiah Al-Adawiyah Ketika Dilamar Hasan Al-Basri RabiahTidak Menikah. Rabi'ah al-'Adawiyah tak menikah sampai akhir hayatnya. Ia tak ingin menikah dengan laki-laki siapapun. Ia menolak laki-laki yang datang kepadanya, sekaya, sebesar, dan setinggi apapun keilmuan dan kehebatan laki-laki itu. Seluruh hidupnya diliputi oleh gairah cinta kepada Tuhan, tak ada yang lain dan tak ingin yang lain. Sebagaimanayang termaktub dalam QS. Al-Anbiya: 107, "Dan Kami tidak mengutus Muhammad melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam". Oleh karena itu, jika hidup kita jalankan dengan cinta, sama halnya kita telah menggunakan dan menyerap energi terbesar di alam semesta. Menyelami Konsep Mahabbah Rabi'ah al-Adawiyah Artinya engkau mengambil dari sakumu sedangkan aku mengambil dari alam ghaib * Pada suatu malam kamar Rabiah al-Adawiyah dimasuki pencuri. saat itu Wanita sufi ini sedang tertidur. Pencuri itu mengambil beberapa helai pakaian dari dalam kamarnya. {Sesudah} itu, sang maling bersiap keluar, mencari pintu, tetapi ia tak menemukannya. Dalamkitab Durratun Nashihin diceritakan, banyak ulama panutan dan ternama — di zamannya — yang terpikat hatinya pada Rabi'ah al-Adawiyah. Satu di antaranya adalah Hasan al-Bashri, sosok ulama panutan. Ketika Hasan al-Bashri mengatakan permintaan itu, Rabi'ah justru mengajukan persyaratan kepada Hasan al-Bashri. Vay Tiền Nhanh Chỉ Cįŗ§n Cmnd. loading...Ilustrasi Rabiah Al-Adawiyah Sejak aku mengenal-Nya, aku berpaling dari makhluk-makhluk-Nya. Photo ilustrasi Theglobalvariety/deviant art Farid al-Din Attar dalam bukunya berjudul Tadhkirat al-Auliya’ dan diterjemahkan ke bahasa Inggris Arberry menjadi Muslim Saints and Mystics menceritakan bahwa suatu hari Rabiah Al-Adawiyah jatuh sakit. Dia ditanya apa penyebabnya.ā€œAku memandang Firdaus,ā€ jawabnya, ā€œDan Tuhanku mendisiplinkanku.ā€ Baca Juga Kemudian Hasan al-Basri pergi untuk menjenguknya. ā€œAku melihat salah satu pemuka Basra berdiri di depan pintu rumah Rabiah, dia ingin memberikan pundi emasnya dan menangis,ā€ kata Hasan bercerita. ā€œAku berkata, Tuan, mengapa engkau menangis?’ Dia menjawab, Karena wanita suci zaman ini, karena jika berkah kehadirannya hilang dari umat manusia, mereka pasti akan binasa. Aku membawa sesuatu untuk biaya perawatannya, dan aku khawatir dia tidak mau menerimanya. Apakah engkau mau mengambil dan memberikannya untuk dia?’.ā€Lalu Hasan masuk dan berbicara. Rabiah menatapnya dan berkata, ā€œDia menafkahi mereka yang menghina-Nya, dan tidak akankah Dia menafkahi mereka yang mencintai-Nya?Sejak aku mengenal-Nya, aku berpaling dari makhluk-makhluk-Nya. Aku tidak tahu apakah harta seseorang halal atau tidak; lalu bagaimana aku bisa menerimanya? Aku pernah menjahit pakaianku yang rusak dengan cahaya dunia. Untuk sesaat hatiku terlena, hingga aku tersadar. Lalu aku merobek pakaian itu di tempat aku menjahitnya, dan hatiku menjadi lega. Mintalah kepada tuan itu mendoakanku agar jangan sampai hatiku terlena.ā€ Baca Juga Pada hari lainnya, Hasan al-Basri, Malik bin Dinar, dan Syaqiq al-Balkhi pergi menjenguk Rabiah di pembaringannya.ā€œSeseorang tidak dapat dipercaya kata-katanya,ā€ Hasan memulai, ā€œjika dia tidak tabah menerima ujian dari Tuhannya.ā€ā€œKata-kata ini berbau egoisme,ā€ kata Rabiah menanggapi.ā€œSeseorang tidak dapat dipercaya kata-katanya,ā€ Syaqiq mencoba, ā€œjika dia tidak bersyukur atas ujian dari Tuhannya.ā€ā€œKami membutuhkan sesuatu yang lebih baik dari itu,ā€ kata Rabiah.ā€œSeseorang tidak dapat dipercaya kata-katanya,ā€ Malik juga mencoba, ā€œjika dia tidak bergembira atas ujian dari Tuhannya.ā€ā€œKami membutuhkan sesuatu yang lebih baik dari itu,ā€ ulang Rabiah.ā€œLalu bagaimana menurutmu?ā€ desak mereka.ā€œSeseorang tidak dapat dipercaya kata-katanya,ā€ kata Rabiah, ā€œjika dia tidak melupakan ujian dalam merenungi Tuhannya.ā€ Baca Juga mhy Kebijaksanaan Rabi'ah – Rabi’ah Al-Adawiyah meninggalkan sejumlah pesan-pesan sufistik, kata-kata bijak dan bait-bait puisi kebijaksanaan yang berisi cinta Platonik dan kerinduan kepada Tuhan, serta filsafat Wahdah al-Wujud Unity of Being.Puisi-puisi kebijaksanaan Rabi’ah Al-Adawiyah sebagai berikut Zuhud Kebersahajaan dalam hidup membuat tubuh dan hati menjadi nyaman. Hasrat duniawi menciptakan kegelisahan dan sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Aku mencintai-Nya bukan karena aku takut neraka dan bukan pula berharap yang paling utama adalah kontempelasi di malam yang sepi. Baca juga Mengenal Sufi Rabi’ah Al-AdawiyahAku telah meninggalkan pertemuan-pertemuan dengan manusia. Aku berharap berintim ria dengan Dia. Inilah puncak isi dunia ini diberikan kepada manusia, niscaya tak akan cukup. Ia selalu sungguh-sungguh mencintai Tuhan. Aku mencintainya bukan karena aku takut neraka dan bukan pula berharap yang paling utama adalah kontempelasi di malam telah meninggalkan pertemuan-pertemuan dengan manusia. Aku berharap berintim ria dengan Dia. Inilah puncak isi dunia ini diberikan kepada manusia, niscaya tak akan pernah cukup. Ia selalu kebaikan-kebaikanmu sebagaimana kamu sembunyikan seorang hamba adalah manakala dia menerima saat mendapat cobaan susah sebagaimana saat dalam keadaan senang.**Sumber tulisan KH. Husein Muhammad dalam buku Kebijaksanaan Para Sufi dan Filsuf. Rabi’ah al-Adawiyah adalah sedikit dari ulama sufi perempuan yang sangat disegani dalam sejarah peradaban Islam. Pemikiran dan laku spiritualnya terus dikaji hingga hari ini. Berbagai macam kisah hidupnya pun sudah banyak dikupas dan ditulis dalam banyak buku. Termasuk soal ajaran cinta mahabbah. Selain Jalaluddin Rumi, Rabi’ah al-Adawiyah adalah seorang sufi yang mengusung mazhab cinta. Cintanya kepada Allah begitu dalam dan kuat. Sehingga ia tidak mampu mencintai yang lainnya karena cintanya hanya untuk Allah. Rabi’ah menyembah Allah dengan dasar cinta hubb, bukan karena takut atau harap roja’ dan khauf sebagaimana kebanyakan orang. Karena saking cintanya kepada Allah, Rabi’ah pernah berujar bahwa ia tidak mendambakan surga dan tidak takut kalau dimasukkan dikenal sebagai sebagai hamba yang sangat patuh dan taat kepada Allah. Bahkan, setiap hembusan nafasnya selalu diiringi dengan dzikir kepada Allah. Dalam urusan beribadah kepada Allah, ia adalah orang sangat istiqomah. Ketaatan yang begitu tinggi kepada Allah membuatnya dikenal sebagai waliyullah wali Allah. Memang, ada ungkapan bahwa hanya wali Allah yang mengetahui wali Allah lainnya la ya’riful wali illa wali. Tapi sebagaimana yang dikemukana oleh Syekh Zarruq, setidaknya ada tiga sifat yang dimiliki seorang wali; mengutamakan Allah, hatinya berpaling dari makhluk-Nya, dan berpegang tegug pada syariat Nabi Muhammad SAW dengan benar. Jika merujuk pada indikator ini, maka Rabi’ah adalah memang seorang ketiga tanda tersebut, seorang waliyullah biasanya’ memiliki karomah sesuatu yang berbeda dari sewajarnya. Dalam hal ini, Rabi’ah juga memiliki cerita dan kisah yang menggambarkan karomahnya. Berikut adalah sejumlah karomah yang dimiliki oleh Rabi’ah al-Adawiyah sebagaimana yang tercantum dalam buku Rabi’ah; Pergulatan Spiritual Perempuan karya Margaret Smith. Pertama, ketika Rabi’ah sedang jalan-jalan di sebuah pegununang, ada banyak binatang buas yang mendekatinya. Anehnya, binatang-binatang tersebut tidak menyerang Rabi’ah dan sangat jinak kepadanya. Mereka bermain bersama. Tiba-tiba, Hasan al-Basri muncul dan mendekati Rabi’ah. Seketika binatang-binatang buas tersebut menampakkan wajah buasnya dan pergi meninggalkan Hasan suatu hari Rabi’ah melakukan perjalanan haji ke baitullah Mekkah dengan menaiki unta. Di tengah jalan, unta yang dinaiki tersebut mati. Langsung saja, Rabi’ah berdoa kepada Allah. Tidak lama setelah itu, untanya hidup kembali. Rabi’ah pun melanjutkan perjalanan hingga sampai ke baitullah dan pulang dengan menaiki unta yang sama, unta yang pernah mati itu. Ketiga, suatu malam ada dua orang teman Rabi’ah yang datang kerumahnya. Mereka hendak melakukan diskusi bersama dengan Rabi’ah. Na’asnya, rumah Rabi’ah tidak memiliki lampu penerang. Lalu Rabi’ah meniup ujung jari-jarinya hingga kemudian mengeluarkan cahaya yang terang dan menerangi seluruh rumahnya sepanjang malam. Dengan demikian, mereka bisa berdiskusi hingga pagi hari. Keempat, pada suatu malam rumah Rabi’ah didatangi oleh tamu yang tidak diundang. Tamu tersebut hendak mencuri pakaian Rabi’ah. Ketika sudah mengangkut semua baju Rabi’ah dan hendak kabur, pencuri tersebut bingung karena tidak menemukan pintu keluar. Namun, ketika sang pencuri meletakkan barang curiannya tersebut, ia menemukan ada pintu keluar. Sang pencuri mengulang perbuatannya itu –mengambil dan meletakkan barang Rab’iah- sebanyak tujuh kali. Hingga akhirnya sang pencuri mendengar ada hatif suara tanpa rupa yang mengatakan; Wahai manusia, jangan engkau persulit dirimu sendiri. Perempuan ini telah mempercayakan dirinya kepada Kami selama bertahun-tahun. Setan pun tidak berani mendekatinya. Mendengan suara itu, pencuri tersebut lari terbirit-birit tanpa membawa secuil barangpun dari rumah Rabi’ suatu hari Hasan al-Basri mengajak Rabi’ah al-Adawiyah untuk salat di atas air. Rabi’ah merespons ajakan Hasan itu dengan sebuah jawaban yang ketus. Bagi Rabi’ah, adalah tidak perlu menunjukkan kemampuan spiritual untuk mencari kepopuleran duniawi. Tidak hanya itu, Rabi’ah kemudian melemparkan sajadahnya dan terbang di atasnya. Ia mengajak Hasan untuk naik di atas bersamanya sehingga lebih banyak orang yang mengetahuinya, daripada hanya sekedar salat di atas air. Hasan tahu jawaban yang diutarakan Rabi’ah itu adalah sindirian. Mendengar hal itu, Hasan hanya kelima cerita di atas, tentu masih banyak lagi kisah-kisah yang menceritakan tentang karomah Rabi’ah al-Adawiyah. Namun satu yang perlu diketahui bahwa karomah yang diberikan kepada Rabi’ah adalah tanda bahwa Allah memberkahinya. A Muchlishon Rochmat

kata kata rabiah al adawiyah